Kendala Pelayanan Imunisasi Rutin Di Masa Pandemi Covid-19 Di Manokwari Selatan

29 October 2021

Diany Teksa Maharani

Dedikasi pengelola imunisasi di Kabupaten Manokwari Selatan yang sudah berpengalaman di distrik yang jauh dari keramaian dalam periode lebih dari 2 tahun patut diacungi jempol. Pasalnya, distrik Oransbari di Kabupaten Manokwari Selatan yang tidak jauh dari Kabupaten Manokwari memberikan pengalaman yang mengesankan yakni jaringan internet yang sangat jauh dari stabil sehingga ketika masuk ke kamar masing-masing kami kesulitan dalam berkoordinasi. Hal ini menjawab pertanyaan kami terhadap kendala pengiriman pelaporan pelaksanaan imunisasi di Kabupaten Manokwari Selatan. Tidak hanya kendala internet, pencatatan pada seluruh puskesmas di Kabupaten Manokwari Selatan masih menggunakan buku kohort dan belum mengimplementasikan sistem pencatatan dalam bentuk excel yakni Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang diperkenalkan sejak tahun 2018.

Hasil pemetaan masalah imunisasi rutin manokwari selatan

Peralatan pemantauan suhu yang tersedia di puskesmas juga terbatas. Hanya ada satu puskesmas yang memiliki thermometer muller, sedangkan puskesmas lainnya memiliki log tag yang seluruhnya tidak berfungsi. Lebih lanjut, petugas masih belum mengetahui penggunaan dan perawatan pengukur suhu log tag. Padahal log tag bermanfaat untuk memantau suhu dalam kurun waktu 30 hari. Meskipun begitu, pencatatan suhu secara berkala tetap dilakukan sesuai petunjuk teknis Kemenkes yakni setiap pagi dan sore dengan mengandalkan catatan tampilan suhu digital di kulkas vaksin. Selain itu, pencatatan masih menggunakan formulir print manual belum ada pencatatan dalam bentuk elektronik.

Kapasitas penyimpanan rantai dingin terbatas, misalnya di puskesmas Tahota tidak memiliki kulkas vaksin baik jenis kulkas bukaan depan (kulkas keluarga) maupuan kulkas bukaan atas sehingga penyimpanan vaksin masih sebatas mengandalkan penyimpanan menggunakan kulkas rumah tangga dengan meminjam kulkas tetangga ditambah dengan kondisi listrik yang tersedia hanya pada pukul 12 malam hingga pukul 6 pagi. Hal tersebut sangat berdampak terhadap kualitas vaksin khususnya vaksin yang sensitif panas seperti vaksin BCG, Polio, dan Measles-Rubella. Pentingnya genset sebagai penopang kulkas vaksin ketika listrik seketika padam, namun sayangnya genset yang berfungsi hanya terdapat di puskesmas Ransiki sedangkan puskesmas lainnya mengandalkan tenaga solar. Ketergantungan terhadap tenaga sel solar tidak bisa diandalkan mengingat cuaca yang tidak menentu.

Koordinasi terkait pencatatan dan pelaporan logistik di masing-masing puskesmas dengan tim farmasi perlu diperkuat. Pada sesi khusus pencatatan dan pelaporan pengelola program imunisasi diberikan pelatihan penggunaan aplikasi SMILE yang dipergunakan untuk mencatat stok kebutuhan vaksin Covid-19, biasanya pengelolaan dilakukan oleh tim farmasi dengan harapan bahwa ke depannya dapat memantau stok kebutuhan logistik oleh pengelola program imunisasi. Sedangkan pada perencanaan kebutuhan logistik imunisasi rutin sejauh ini mengandalkan stok yang terlihat dengan membandingkan perkiraan jumlah sasaran sehingga tidak ada perhitungan dengan rumus untuk kebutuhan logistik secara tepat.

Kendala dalam pelayanan imunisasi rutin di masa pandemi Covid-19 adalah masyarakat yang banyak tidak mau membawa anaknya ke pelayanan posyandu dikarenakan alasan takut oleh berita miring akibat terpapar informasi yang tidak tepat terkait imunisasi. Informasi yang tidak tepat pada pelaksanaan imunisasi rutin seperti anak diberikan imunisasi Covid-19 bukan imunisasi rutin, lainnya seperti imunisasi tidak efektif dalam memberikan perlindungan kekebalan pada individu. Selain keterpaparan informasi yang tidak tepat, pengetahuan masyarakat yang masih belum begitu paham terkait pentingnya imunisasi masih menjadi catatan tersendiri baik dinas kesehatan kabupaten maupun puskesmas yang perlu segera ditindaklanjuti. Tidak dapat dipungkiri, keterbatasan tenaga dan sumber daya lain dalam memberikan edukasi dan sosialisasi menjadi beban struktural. Perlu digarisbawahi adalah masyarakat tidak menentang keras melainkan sebatas pemahaman terkait imunisasi yang masih sangat kurang menjadi angin segar. Sosialisasi dan edukasi terkait imunisasi bukan hanya menjadi tanggung jawab petugas promosi kesehatan.

Pada sesi paparan pemetaan permasalahan di setiap kampung, integrasi layanan dalam satu kali aktivitas turun lapangan di setiap kampung ternyata tidak sepenuhnya efektif dikarenakan permasalahan kesehatan yang beragam dan biasanya muncul ketika petugas puskesmas sedang tidak melakukan kegiatan turun lapangan sehingga kegiatan tidak memenuhi target tujuan utama. Di sisi lain, pernah ada kejadian salah satu petugas puskesmas di datangi rumah nya dikarenakan anak yang di imunisasi demam di hari berikutnya. Hal tersebut berkaitan dengan informasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang masih minim di kalangan masyarakat, bahwa KIPI bukan merupakan hal yang perlu ditakuti melainkan hal yang wajar dan normal paska imunisasi. Lebih lanjut jika ada KIPI serius sudah ada penanganan berjenjang mulai dari tingkat puskesmas hingga tingkat nasional. Pada akhir sesi penguatan kapasitas mikroplaning di Kabupaten Manokwari Selatan, pihak dinas kesehatan kabupaten menekankan pentingnya pengiriman laporan sesuai pada tanggal yang telah disepakati supaya tidak ada kendala, serta kesepakatan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) mencapai 90% di tahun 2021.

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *