Upaya Peningkatan Imunisasi Rutin di Kabupaten Teluk Bintuni

21 October 2021

Diany Teksa Maharani

Kegiatan penguatan kapasitas microplanning atau perencanaan berbasis data untuk imunisasi rutin dalam masa pandemi Covid-19 di tingkat puskesmas di Kabupaten Teluk Bintuni dilaksanakan pada tanggal 18-20 Oktober 2021 di Aula Gereja Misi, didukung oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, WHO, Hakli, serta UNICEF sebagai pengisi materi. Dalam kegiatan ini  ditemukan  pencatatan dan pelaporan menjadi salah satu yang perlu diperkuat dan didampingi secara berkelanjutan. Masih banyak puskesmas yang mengirimkan laporan tidak tepat waktu dikarenakan beberapa alasan seperti koneksi internet yang kurang baik, pergantian staff imunisasi terlatih di puskesmas menjadi tantangan sendiri yang hampir sering ditemukan di setiap puskesmas. Di sisi lain, komunikasi dan koordinasi baik secara internal antar pemegang program di puskesmas maupun eksternal dengan lintas sektor lainnya menjadi kunci penting keberhasilan program imunisasi.

Meskipun beberapa peserta dalam kegiatan ini merupakan staff masih baru dalam program imunisasi, namun antusias peserta dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan patut diapresiasi. Beberapa petugas ada yang baru mendengar dan mengenal istilah seperti Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) sebagai metode pencatatan data yang selanjutnya dapat dibuat analisis untuk ditindaklanjuti dengan pertemuan lintas sektor. Pada kesempatan ini peserta puskesmas melakukan pemetaan masalah dan merencanakan tindak lanjut kegiatan untuk mengatasi masalah yang ada di setiap distrik.

Peserta melakukan Pemetaan Masalah Imunisasi Rutin 2021

Beberapa isu lain adalah sebagian penduduk di Teluk Bintuni merupakan masyarakat pendatang dengan tempat tinggal tidak menetap sehingga menjadi tantangan sendiri bagi puskesmas untuk dapat mencari sasaran imunisasi. Terdapat juga beberapa kampung yang jauh dari puskesmas harus menyeberangi lautan, serta kondisi  akses listrik di wilayah kerja seperti  Distrik Aranday yang biasanya hanya menyala selama 6 jam . Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas rantai dingin vaksin, sedangkan wilayah kerja Distrik Tofoi harus melewati jalan yang rusak dan berlumpur. Hal ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan dan menjadi perhatian bersama.

Pengaruh yang terbentuk akibat terpapar informasi yang salah menyebabkan ketakutan maupun penolakan terhadap vaksinasi covid-19 sangat mempengaruhi antusias masyarakat dalam pelaksanaan imunisasi rutin menjadi isu yang harus diselesaikan dengan melibatkan seluruh pihak baik pemerintah , swasta, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, lembaga masyarakat adat, kepala suku serta lapisan masyarakat lainnya. Penting digarisbawahi bahwa imunisasi bukan sekedar program pemerintah melainkan sudah menjadi komitmen di tingkat global untuk melindungi anak-anak terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan yang selalu berhadapan langsung dengan masyarakat, peserta pertemuan dilatih keterampilan komuniskasi antar pribadi (KAP) menuju perubahan prilaku sehingga diharapkan petugas di puskesmas dapat menerapkan KAP dalam melakukan edukasi dan sosialisasi terkait pentingnya imunisasi untuk mencegah PD3I.

Pedoman dalam pelaksanaan imunisasi rutin tak kalah penting menjadi topik yang dibahas dalam sesi pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP), diharapkan akan menjadi panduan puskesmas dalam melakukan pelayanan baik di dalam maupun di luar gedung. SOP yang disusun meliputi perencanaan, persiapan,pelaksanaan, tatakelola rantai dingin, penyuntikan yang aman, penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) hingga pengelolaan limbah medis baik infeksius maupun non infeksius.

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *