SS dan OJT efektif dalam menemukan masalah esensial yang dialami Petugas Imunisasi Puskesmas di Kab Raja Ampat

8 December 2022

Fita Fiona Timang Subagio

Sejak dikeluarkannya amanat kepada seluruh Dinkes kab/kota seprovinsi Pabar untuk melakukan supervisi dan OJT di beberapa Puskesmas pilihan dalam rentang waktu 17 – 26 November 2022.

Dinkes kab Raja Ampat langsung segera turun melaksanakan Supervisi Suportif bersama Pendamping Program Imunisasi ke 5 puskesmas terpilih, yaitu Puskesmas Waisai, Puskesmas warsambin, Puskesmas Samate, Puskesmas Saonek, dan Puskesmas Yembekwan.

Menggunakan lembar daftar tilik yg telah terstandarisasi WHO kami menemukan masalah krusial yg umumnya sama di setiap puskesmasnya, yaitu tidak sinkronnya data dari laporan bulanan dan kohort. Hal itu bisa disebabkan karena salah membaca, tulisan terlalu kecil, tidak lengkap kolom antigen di laporan bulanan dsb.

Meskipun nampak sederhana, namun hal ini cukup penting karena mempengaruhi capaian cakupan beberapa antigen yg sudah ditargetkan di setiap Puskesmas.

Untuk menanggulangi hal tersebut kami langsung melakukan OJT di tempat serta memberikan lembar laporan bulanan yg sdh lengkap dengan dengan kolom setiap antigen.

Masih berkaitan mengenai pencatatan pelaporan kami juga mendapati ketidaktahuan Petugas membaca kohort, seperti menganggap jumlah bayi yang mendapat MR1 sama dengan IDL dan juga ketidaktahuan menggunakan lembar stok vaksin, hal tersebut umumnya kami temukan hanya pada petugas Pengelola imunisasi Baru sehingga langsung di tempat kami melakukan OJT.

Manajemen Rantai Dingin tentunya tidak akan luput dari perhatian kami. Sangat mencengangkan kami menemukan di satu puskesmas yang menggunakan kulkas rumah tangga sebagai alternatif pendingin vaksin bagi refrigerator yang sedang rusak.

Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah refrigator yang digunakan. Namun masalah yang kami temukan di dalamnya, mulai dari penempatan vaksin yang salah (vaksin sensitif beku di tempatkan didalam freezer), vaksin yang sudah membeku di freezer, vaksin yang sudah melewati tanggal kadarluarsa atau ED, vaksin yang belum dibuka disatukan dengan vaksin sudah pernah digunakan dan vaksin yg sudah kosong, serta ditemukan juga vaksin yang sudah VVM C dan D.

Di dalam Permenkes Nomor 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi disebutkan bahwa vaksin adalah zat yang mudah rusak oleh paparan suhu dingin dan panas, oleh karena itu perlu untuk menjaga dan mengelola vaksin. Cold chain management merupakan prosedur yang diterapkan untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditentukan (2ºC–8ºC), sehingga menjamin kualitas vaksin.

Vaksin telah terbukti menjadi intervensi medis yang hemat biaya dalam pencegahan penyakit. Vaksin tidak hanya melindungi seseorang tetapi juga masyarakat dengan memberikan perlindungan komunitas (herd immunity) melalui cakupan imunisasi yang tinggi dan merata di semua wilayah. Namun, salah satu keberhasilan imunisasi tidak bisa kita lihat dari kuantitas atau merata cakupan imunisasi ditengah masyarakat saja.

Tingkat keberhasilan imunisasi ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya : status imunisasi, imunitas, metode pemberian, kuantitas dan kualitas vaksin. Diantara berbagai macam faktor keberhasilan imunisasi adalah dengan melihat kualitas vaksin. Kualitas vaksin yang tidak sesuai standart menyebabkan vaksin kehilangan potensinya dan vaksin tidak bisa merangsang daya tahan tubuh yang terbaik, serta vaksin juga bisa menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan.

Karena dasar tersebutlah, narasumber dalam Supervisi Suportif saat itu yaitu Kasie Imunisasi Dinkes kab. Raja Ampat langsung melakukan OJT sekaligus turun tangan berbenah menunjukkan cara menyusun penempatan vaksin dengan benar, juga mengeluarkan vaksin yang sudah kosong, memisahkan vaksin yang sudah dipakai, vaksin yang belum pernah dipakai, vaksin ED, dan Vaksin yang VVM C dan D. Serta menindaklanjuti dengan membuat Pengadaan Inventaris Cold Chain.

(Fita Fiona T. S., Technical Assistance Program Imunisasi Kab. Raja Ampat)

1 Comments

[…] yang kita ketahui di tulisan saya yang sebelumnya bahwa pencatatan dan pelaporan masih menjadi PR besar utk program imunisasi ini. Dimana masih ada […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *