Antimo yang Membawa Hasil

16 October 2022

Mardian Isnawati

Maybrat, 27 September 2022

Kali ini perjalanan tim malaria Provinsi Papua Barat menuju Kabupaten Maybrat. Perjalanan kami dimulai jam 6 pagi dari Kota Sorong, tidak lupa sarapan bubur ayam dipinggir jalan. Seperti biasa, perjalanan yang cukup indah disuguhi pemandangan hijau pegunungan, tidak kami bayangkan ternyata Kantor Dinas Kesehatan Maybrat cukup jauh dan memakan waktu 6 jam untuk sampai. Beberapa kali pun kami ragu dengan arah perjalanan ke Maybrat, takut salah jalan hingga kami menggunakan aplikasi google maps, dan untuk semakin meyakinkan perjalanan, kami pun bertanya kepada masyarakat sekitar. Kami membayangkan akan segera sampai, namun ternyata salah satu warga yang kami tanyai mengatakan bahwa masih 30 Km lagi agar kami sampai di Kantor Bupati. Untungnya efek antimo yang diminum masih siap menuju 30 Km.

Akhirnya kami sampai di jam 11, kegiatan yang awalnya direncanakan di Dinas Kesehatan Maybrat ternyata peserta sudah siap di Puskesmas Aifat. Kami disambut oleh Bapak Theopillus Baru selaku pengelola program malaria. Pertemuan Tim asesmen eliminasi malaria provinsi dan asesmen kunjungan di Kabupaten Maybrat dibuka oleh Bapak Nicodemus Yumame selaku kabid Dinas Kesehatan Kabupaten Maybrat.

Materi pertama mengenai evaluasi penilaian malaria di Kabupaten Maybrat oleh Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Bapak Edi Sunandar. Kabupaten Maybrat di tiga tahun terakhir nyatanya memiliki kasus malaria yang cukup minim dibandingkan kabupaten lain, 2019 kasusnya hanya 8. Tahun 2019 ada 8 kasus, 2020 ada 7 kasus, 2021 ada10 kasus , dan hingga September 2022 tercatat 3 kasus. Pak Edi menyatakan jika memang Kabupaten Maybrat sangat berpeluang untuk eliminasi di tahun 2023, hanya saja harus ada keseriusan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Maybrat dalam mendukung persiapan eliminasi malaria, Pak Edi manambahkan bahwa yang perlu dibenahi saat ini adalah fokus mempersiapkan dokumen PE kasus malaria dan tidak boleh ada kasus menular malaria selama tiga tahun berturut-turut. Sehingga perlu dibentuknya tim untuk mendukung hal tersebut.

Pak Kabid menyatakan kendala selama ini yang membuat terhambatnya upaya kasus malaria di Maybrat adalah sering terjadinya penggantian pengelola petugas, malaria belum dapat anggaran sampai hari ini, dan kepala puskesmas yang kadang tidak paham penggunaan dana untuk apa, teman teman sudah siap bekerja, tapi blm ada dukungan. Pak Kabid juga menyatakan bahwa dirinya mengajukan eliminasi di tahun 2023. Pak Kabid dan juga peserta sepakat untuk membentuk tim dalam mempersiapkan dokumen PE dan berkomitmen pada minggu kedua oktober dapat merampungkan dokumen PE yang diperlukan. Selain tim yang terbentuk, Kabupaten Maybrat juga harus ada crosschecker, mencari analisis yang bisa dilatih, juga data SKDR dan SISMAL harus cocok.

Dalam mempersiapkan dokumen PE, Pak Edi selaku narasumber memberikan arahan terkait pengisian setiap poin form PE yang sudah dipersiapkan. Terkait pengisian jangka waktu infeksi dan gejala sesuai jenis parasit, agar dapat mengelompokan jenis kasus indigeneous atau impor. Faktor resiko perilaku dan lingkungan juga harus diperhatikan. Agenda terakhir kami di Kabupaten Maybrat adalah diskusi simulasi pengisian form PE. Dari pertemuan yang berlangsung, para peserta merasa lebih

Terakhir adalah penutupan. Kami sangat bersyukur bisa sampai sejauh ini di Maybrat dengan hasil yang memuaskan, karena dapat menggerakan dan juga membuat kesepakatan Rencana Tindak Lanjut persiapan Maybrat menuju eliminasi tahun 2023. Sebelum memulai perjalanan panjang pulang, tidak lupa antimo teman perjalanan.

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *