KEKHAWATIRAN ORANG TUA TERHADAP SUNTIKAN GANDA YANG MERUPAKAN SALAH SATU UPAYA PERCEPATAN CAKUPAN IMUNISASI DI KABUPATEN SORONG.

9 December 2022

Sectio Caesarianda Mayor

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, sebanyak 1,7 juta bayi di Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama periode tahun 2019 hingga 2021 lalu. Kondisi ini dinilai dipengaruhi oleh merebaknya Virus corona, yang menyebabkan pandemi Covid-19. Jumlah ini dinilai cukup besar sehingga dikhawatirkan dapat memicu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah baik tingkat provinsi maupun kabupaten untuk meningkatkan cakupan imunisasi, seperti bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral lainnya untuk menjamin akses pelayanan imunisasi di masyarakat hingga di daerah terpencil dan sulit di jangkau, menjamin ketersediaan vaksin, pelatihan bagi petugas kesehatan serta upaya – upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua melalui berbagai media dan iklan layanan masyarakat serta pendekatan keluarga.

Tantangan yang kerap dihadapi dalam meningkatkan capaian sasaran termasuk  IDL diantaranya adalah kurangnya dukungan keluarga karena alasan keyakinan ataupun kekhawatiran pada anak pasca imunisasi. Padahal sikap masyarakat yang proaktif dalam berperilaku untuk meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari penyakit , serta berperan aktif dalam Gerakan Kesehatan masyarakat sangat diperlukan demi mencapai sasaran dan kesehatan pada bayi maupun anak .

Di Kabupaten Sorong pun Dinas Kesehatan ( Bidang P2P dan Kesmas ) bersama Lintas Sektoral PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) dan PKH (Program Keluarga Harapan)  melaksanakan kegiatan Integrasi Program Imunisasi di beberapa Puskesmas dan Posyandu Wilayah Kabupaten Sorong.

Selama kegiatan berlangsung, dijumpai berbagai tanggapan dan respon orang tua saat dan pasca imunisasi, salah satunya adalah kekhawatiran. Kekhawatiran yang ditunjukan merupakan bukti , masih ada orang tua yang belum memahami bahwa pemberian imunisasi tidak hanya diberikan 1 kali suntikan.

“aduh mbak, aman tidak kalau disuntik dua kali anak saya ? takutnya tambah panas, malah ini bapaknya lagi berangkat ” respon salah satu orangtua.

Untuk meningkatkan cakupan imunisasi yang tertinggal, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari  menyarankan agar anak bisa diberi vaksin kombinasi atau suntikan ganda. Namun awamnya suntikan ganda di telinga orang tua menjadi “PR” Tenaga Kesehatan untuk selalu menjelaskan bahwa suntikan ganda penting diberikan agar tubuh bayi cepat merespon dan membentuk antibodi baru sehingga melindungi bayi dari paparan penyakit yang menular.

 Mereka takut karena ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman tentang suntikan ganda ini. Kalau pun teman – teman (nakes) menjelaskan tentang manfaat dan pentingnya suntikan ganda yang dapat memberikan kekebalan terhadap 9 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)  ini pasti mereka (orang tua) paham kok,  bahkan pasti mencari cari kita dan mau untuk diberikan suntikan ganda” Ujar Bapak Tanda Nadeak, selaku Pengelola Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sorong.

Disampaikan melalui kegiatan , kalau pemberian Imunisasi atau suntikan ganda tidak menimbulkan efek samping yang berat. Itu termasuk pada pemberian imunisasi kombinasi atau pemberian imunisasi lebih dari satu antigen dalam satu vial, seperti imunisasi DPT-Hb-HiB (imunisasi untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis). Antibodi yang masuk ke dalam tubuh pun akan beraksi bersama-sama, sehingga orang tua tak perlu khawatir apakah anaknya akan demam tinggi .

Suntikan ganda juga bertujuan untuk mengurangi kunjungan ke fasilitas kesehatan, khususnya selama pandemi Covid-19. Selain itu, anak dapat terlindungi secepat mungkin dari kondisi penyakit yang rentan. Sedangkan jika diberikan satu per satu, membutuhkan waktu jeda minimal 2 minggu untuk membuat antibodi bekerja, dan baru bisa diberi vaksin lainnya. Adapun juga menghindari bayi atau anak akan trauma jarum akibat suntikan yang diterima setiap bulan jika orang tua menolak untuk diberikan suntikan ganda, sehingga dikhawatirkan anak akan mengalami reaksi (demam) disetiap bulan pasca imunisasi.

Akan tetapi, setiap kali pemberian suntikan ganda pastikan posisi bayi atau anak yang akan disuntik juga harus dalam keadaan nyaman dan sebisa mungkin dialihkan perhatiannya. Selain itu, harus dilakukan secara lembut dan cepat agar orang tua tidak panik karena anaknya yang rewel saat diberikan suntikan ganda. Suntikan dapat dilakukan pada bagian kiri dan kanan paha atau satu bagian saja tetapi memiliki jarak suntik minimal 2,5 cm.

Diharapkan , tenaga Kesehatan (puskesmas) tidak ragu untuk memberikan suntikan ganda serta dapat menghilangkan kekhawatiran orang tua akan imunisasi ganda yang diberikan melalui penjelasan singkat saat  sebelum suntikan diberikan.

Sejauh ini, penelitian telah dilakukan untuk memastikan imunisasi ganda yang diberikan dengan imunisasi kombinasi memiliki tingkat keamanan, efektivitas, dan daya dukung yang baik. KIPI yang dilaporkan juga terbilang ringan.  

(Sectio Caesarianda Mayor., Technical Assitance Program Imunisasi Kabupaten Sorong)

Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *